JAKARTA – Sebuah studi mengungkap adanya potensi orang yang tinggal di kawasan hijau untuk menua lebih lambat alias awet muda. Dengan kata lain, masyarakat yang tinggal di wilayah yang dikelilingi alam cenderung memiliki usia biologis yang lebih muda.

    Berdasarkan studi yang dipublikasikan di Science of the Total Environment tersebut, pengamatan yang dilakukan terhadap 7.827 orang dan lingkungan rumah mereka menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di daerah dengan lebih banyak taman, kebun, pepohonan, dan sejenisnya memiliki telomer yang lebih panjang.

    Telomer merupakan bagian berulang DNA yang berada di ujung masing-masing 46 kromosom manusia. Wilayah ini mencegah molekul genetik terurai yang berkaitan dengan umur panjang.

    “Hal ini membuat telomer menjadi penanda penting usia biologis, atau seberapa rusaknya sel-sel kita,” jelas analisis geospasial Universitas Edinburgh, Scott Ogletree, dikutip dari situs Science Alert, Selasa (12/12/2023).

    Studi kemudian berfokus pada bagaimana ruang hijau dapat mengurangi salah satu variabel yang dapat merusak telomer dengan cepat, yaitu stress. Ruang hijau dianggap mengurangi polusi udara dan suara dengan mendorong aktivitas fisik dan interaksi sosial yang juga mengurangi stress.

    Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya kehadiran ruang hijau di tengah kehidupan manusia. Sayangnya, para peneliti juga menyinggung ketidakadilan rasial yang membatasi akses masyarakat terhadap ruang hijau itu sendiri.


    Follow Berita Okezone di Google News


    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya


    Terlebih, masih ada resiko penyakit tambahan atau tekanan sosial lain yang memainkan peran lebih besar terhadap panjang telomer yang terkait umur panjang ini. 

    Dengan demikian, para peneliti berpendapat bahwa penciptaan ruang hijau juga harus dibarengi dengan mengatasi kerusakan, khususnya yang terkait dengan rasisme sistemik di lingkungan masyarakat.

    “Studi ini menegaskan gagasan bahwa menciptakan ruang hijau di suatu komunitas adalah hal yang penting, namun sama pentingnya – atau bahkan lebih krusial – bagi kita untuk mengatasi kerusakan lingkungan, khususnya yang terkait dengan rasisme sistemik,” tegas ahli ekologi sosial dari North Carolina State University, Aaron Hipp. (Chasna Alifia Sya’Bana)



    Source link

    Share.