Jakarta –
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menerima kunjungan dari Dewan Pengurus Nasional (DPN) Batak Center di Gedung Kementerian Kebudayaan RI, Jakarta.
Pertemuan ini menjadi ruang dialog dan pertukaran gagasan terkait upaya pelestarian dan pengembangan budaya Batak serta potensi kolaborasi antara Kemenbud dan Batak Center dalam pemajuan kebudayaan Batak. Fadli menyampaikan apresiasi atas peran aktif organisasi Batak Center yang peduli dengan kebudayaan, tidak hanya pelestarian saja, tetapi juga dalam hal pemanfaatan budaya.
“Pemajuan kebudayaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Kami sangat senang sekali, banyak organisasi di Indonesia yang sangat peduli dengan kebudayaan dan pemajuan kebudayaan, dan tentu ini sangat membantu upaya kita, yang tidak hanya melindungi kebudayaan, tetapi juga berkontribusi bagi peradaban dunia,” ujar Fadli, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan ini, Batak Center menyampaikan berbagai ide, gagasan, dan rencana strategis organisasi, di antaranya usulan pendirian Museum Batak di kawasan Danau Toba, pengajuan ulos sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, serta rencana penyelenggaraan Ulos Festival yang dijadwalkan berlangsung pada November 2025 mendatang. Fadli menyambut baik rencana kolaborasi dan menegaskan upaya Kemenbud untuk mendukung berbagai program pemajuan kebudayaan, termasuk melalui skema Dana Indonesiana, pengajuan warisan budaya takbenda ke UNESCO, dan rencana pendirian museum.
“Kami siap bekerja sama dan akan memfasilitasi,” ujar Fadli.
Fadli menekankan pentingnya kolaborasi dengan pendekatan public-private partnership untuk mendukung pengembangan budaya. Fadli juga menggarisbawahi gagasan terkait pengajuan ulos sebagai WBTb dan pendirian museum.
“Kami akan mendaftarkan warisan budaya takbenda semaksimal mungkin, serta menghidupkan museum-museum yang lebih spesifik, seperti Museum Batak, selain menjadi pusat edukasi, juga pelestarian pengetahuan budaya,” kata Fadli.
Kemenbud berupaya untuk terus mendukung dan memfasilitasi upaya-upaya pemajuan kebudayaan. Fadli menegaskan pengembangan dan pelestarian budaya merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, komunitas budaya, dan sektor swasta.
Sementara itu, Ketua Umum DPN Batak Center Sintong M Tampubolon menuturkan Batak Center merupakan organisasi yang berdiri pada 18 Agustus 2018 dan secara khusus berfokus pada kebudayaan serta pengembangan sumber daya manusia, khususnya masyarakat Batak yang kreatif, inovatif, dan inspiratif.
“Organisasi kami lebih banyak fokus pada bidang budaya dan saat ini tengah memperjuangkan agar ulos dapat diakui sebagai WBTb oleh UNESCO. Bagi masyarakat Batak, ulos tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga nilai sakral dan historis penting yang ada di dalamnya,” ungkap Sintong.
Organisasi ini juga mengusulkan pentingnya pendirian Museum Batak sebagai pusat representatif bagi pelestarian budaya Batak. Museum ini diharapkan dapat menghadirkan narasi budaya yang otentik dan akurat, serta menjadi pusat dokumentasi, edukasi, dan pelestarian budaya.
Kehadiran museum ini diyakini akan memperkuat identitas lokal masyarakat Batak sekaligus mendukung pengembangan pariwisata di Kawasan Danau Toba, dengan dampak positif yang bersifat sosial, budaya, dan ekonomi. Sebagai bagian dari upaya mereka terhadap pemajuan budaya Batak, Sintong menyampaikan Batak Center saat ini tengah mempersiapkan penyelenggaraan Ulos Fest kedua dengan tema Ulos: Connection and Connectivity.
Festival ini dirancang tidak hanya sebagai perayaan warisan budaya masa lalu, tetapi juga sebagai jembatan untuk menyambungkan nilai-nilai tradisi dengan masa depan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ulos, menurut Batak Center, harus tetap dijaga agar tidak tergerus oleh zaman.
Sebelumnya, Ulos Fest pertama telah sukses diselenggarakan pada November 2019 di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Sebagai informasi, dalam diskusi ini Fadli turut didampingi oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan dan Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi. Melalui sinergi yang kuat, diharapkan berbagai program dan inisiatif yang direncanakan dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan.
Tonton juga video “Menbud Sebut Progres Penulisan Ulang Sejarah RI Sudah 90%” di sini:
(prf/ega)