Jakarta –
Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menghadiri pertemuan dengan 78 Kepala Keluarga (KK) calon transmigrasi (Catrans). Pertemuan ini dilakukan untuk menyiapkan para catrans sebelum diberangkatkan ke kota-kota tujuan.
Menurut Viva, transmigrasi saat ini bukan hanya sekadar memindahkan penduduk, namun lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, langkah perpindahan penduduk ini bukan membawa masalah namun sebagai solusi bagi pembangunan nasional.
“Antara Kementerian Transmigrasi dan Catrans memiliki tekad yang sama yakni menciptakan masyarakat sejahtera,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu, (28/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, para catrans mengikuti pelatihan mulai 27 September hingga 3 Oktober 2025 di Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi (BPPMT) Yogyakarta, Sleman, Yogyakarta, kemarin.
Nantinya, mereka akan dikirim ke Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Poso Sulawesi Tengah, Polewali Mandar Sulawesi Barat, dan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara.
Dalam masa pembinaan selama kurang lebih satu tahun, mereka mendapat tanggungan biaya hidup, jadup, sekitar Rp 3,1 juta hingga Rp 3,3 juta.
Saat diberangkatkan diberi uang bekal sebesar Rp 25 juta. Setelah melalui pembinaan diharap mereka bisa mandiri sehingga transmigran mandiri dan produktif dari lahan yang mereka tempati.
“Kementerian Transmigrasi kurang lebih selama satu tahun bertanggungjawab dan memberi pembinaan,” ungkapnya.
Viva melanjutkan, program ini merupakan bagian dari reforma agraria di mana memberikan tanah bagi rakyat untuk dijadikan lahan garapan, rumah, dan pemukiman. Menurutnya, pindah ke tempat baru dan meninggalkan daerah asal tentu hal berat. Selain itu, transmigran juga diharap selalu berkoordinasi dengan Kementerian Transmigrasi dan pemerintah daerah.
“Di mana pun kita ditempatkan di situ masih tanah Indonesia, rumah kita sendiri”, tuturnya.
Lebih lanjut, Viva meyakinkan para transmigran untuk tetap komitmen dengan pilihan mereka dan tidak berhenti di pertengahan usaha. Sebab sering kali para transmigran kembali ke kampung halaman di Jawa setelah tiga atau empat bulan dipekerjakan.
“Kami berharap Bapak-Ibu benar-benar sungguh-sungguh,” tegasnya.
(anl/ega)