Bogor –
Orang tua MA (16), siswa kelas X SMA Insan Cendekia Sentul, Bogor, kecewa terhadap pihak sekolah lantaran tidak langsung membawa korban ke UKS usai dikeroyok. Pihak sekolah malah mengkonfrontasi korban dan pelaku.
“Sayangnya lagi mereka malah bukan melakukan itu, malah melakukan BAP kayak di kepolisian, jadi anak saya dan anak pelaku didudukkan didekatin ke pelaku. Anak saya malah ditanyakan soal pencurian, bukan masalah pemukulannya,” kata ayah korban, Achmad Fahrurozi kepada wartawan, Sabtu (1/4/2023).
Fahrurozi menyebut saat kejadian, anaknya tidak langsung dibawa ke UKS untuk mendapatkan pengobatan. Anaknya malah diinterogasi terkait pencurian, bukan soal pemukulan.
“Pihak sekolah sudah tahu babak belur, bukannya diarahkan ke UKS dulu, nggak ada pengobatan dulu dan malah di BAP dulu, dan BAP-nya malah kasus pencurian,” ungkapnya.
Fahrurozi juga kecewa dengan statemen dari pihak sekolah. Orang tua kecewa karena pihak sekolah terkesan menjustifikasi padahal anaknya mengaku mencuri karena tekanan.
“Salah satunya statemennya itu ke anak saya itu ketika proses BAP itu berjalan, ‘saya sudah sering lihat orang seperti kamu, kalau kamu ngaku dari awal kamu nggak akan dipukulin seperti ini’. Bayangin, hati saya hancur dengar itu. Orang yang saya pikir jadi orang terakhir melindungi anak saya, justru orang yang duluan menghancurkan anak saya,” imbuhnya.
Penjelasan Pihak Insan Cendekia
Dikonfirmasi terpisah, Kepala SMA Insan Cendekia, Alfian Adi, mengatakan bahwa kejadian berlangsung saat semua sudah tidur. Saat mengetahui kejadian itu, pihak pembina asrama menanyakan dahulu terkait duduk perkara kejadian.
“Baru kemudian rencananya mau dibawa ke UKS, sambil menunggu penjaga UKS datang. Itu kan weekend, libur gitu, jadi sambil menunggu,” kata Alfian saat dihubungi detikcom, Sabtu (1/4/2023).
Kemudian pada pagi harinya, ayah korban datang menjenguk anaknya. Dia langsung membawa anaknya itu.
“Bukan berarti kemudian kita abaikan, kami ada prosedur ketika ada anak yang sakit. Kita tanya dulu ini kenapa, oh ya udah nanti ke UKS gitu untuk ditangani. Kalau kemudian UKS tidak bisa menangani, perlu dokter, kami juga punya rekanan klinik. Kalau kemudian klinik tidak memiliki alat dan seterusnya, kami juga punya rekaman rumah sakit,” jelasnya.
(rdh/mea)