Tumbuh di bawah teduhnya Gunung Ijen, Helianti merasa dekat dengan alam. Ditambah lagi, ibunya yang selalu menyediakan bahan pangan dari hasil tanamnya sendiri,Helianti tumbuh menjadi perempuan yang sadar betapa mudahnya hidup dengan bertani.
“Saya itu dulu malah tahunya makanan itu cuma pergi ke belakang,pungut-pungut masak. Saya nggak tahu bahwa orang itu harus membeli untuk makanan,” kenang Helianti di program Sosok detikcom.
Ingatan manis tentang tanah subur yang mudah diolah serta hamparan sawah dengan berbagai jenis tanaman pun terus dipupuknya. Ia menyadari, pergeseran gaya hidup membuat banyak hal berubah seiring umurnya yang tidak lagi belia. Salah satunya, hilangnya ladang garapan serta berkurangnya jumlah petani. Ekonomi menjadi faktor utamanya. Petani yang semula bisa menggunakan hasil sawahnya untuk bertahan hidup, kini harus berperang dengan permainan ongkos kebutuhan tanam hingga harga jual hasil pertanian. Biaya produksi yang tinggi, terkadang tidak sebanding dengan hasil penjualan di akhir masa tanam. Inilah yang menurutnya membuat para petani gigit jari.
Persoalan ini kemudian menggerakkan Helianti untuk mendirikan Javara Academy di tahun 2015. Pusat pendidikan ini kemudian berubah nama menjadi Sekolah Seniman Pangan di 2017. Bukan sembarang sekolah, institusi ini fokus pada pemberdayaan petani lewat program-program kewirausahaan. Targetnya adalah mendidik para petani untuk mengolah pangan secara holistik, bukan hanya berhenti pada proses produksi bahan melainkan hingga sampai pada tahap penyajian serta pengemasan.
Helianti mengatakan, ada sebuah alasan unik mengapa regenerasi petani gagal terjadi.Profesi ini dianggap kurang ‘keren’ dan tidak menguntungkan secara finansial. Maka, salah satu materi ajar yang ditonjolkan di Sekolah Seniman Pangan adalah personal branding dan marketing.
Salah satu parameter keberhasilan para peserta didik adalah kemampuan untuk bersaing di pasar lokal. Sehingga, Helianti menekankan pentingnya ekosistem pendukung untuk para petani di daerah. Maka, Sekolah Seniman Pangan juga melakukan pendekatan regional untuk menciptakan banyak wirausahawan di daerah tersebut, terutama daerah di luar Jawa.
“Kebetulan kan Seniman Pangan kan banyak fokusnya di luar Jawa dan kebanyakan malah kawasan Indonesia Timur, atau hutan Kalimantan, atau hutan Sumatera,” terang Helianti.
9 tahun pasca-berdirinya Seniman Pangan, halaman selanjutnya.