Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. TNUK memiliki luas wilayah sekitar 105.694 hektare, yang terdiri dari daratan 61.357,46 hektare dan sisanya perairan.
Di luas lahan itu, hidup salah satu satwa yang dilindungi yaitu Badak Jawa. Badak Jawa merupakan salah satu dari lima jenis badak yang masih ada di dunia, di antaranya Badak Sumatera, Badak Jawa, Badak India, Badak Hitam Afrika dan Badak Putih Afrika.
Berdasarkan catatan detikcom, pada akhir tahun 2022, dua ekor anak Badak Jawa lahir di TNUK. Kedua badak itu diberi nama LordZac untuk jantan dengan nomor ID 089.2022, dari induk bernama Ratu. Sementara anak badak betina diberi nama Eden dengan nomor ID 090.2022, dari induk bernama Menur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, total jumlah Badak Jawa di TNUK saat ini berjumlah 79 ekor. Dari total itu, terdiri 40 badak jantan dan 39 badak betina.
Sayangnya saat ini Badak Jawa di TNUK diambang kepunahan. Satwa endemik yang dilindungi tersebut terancam punah karena ada indikasi perburuan.
“Jadi kalau informasi yang dapat saya sampaikan bahwa memang diindikasikan memang adanya ancaman perburuan, adapun penangkapan (pelaku) dan lain sebagainya mungkin ada rilis resmi Gakkum KLHK (Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) bersama Polda Banten,” kata Humas Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Andri Firmansyah kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Perlu diketahui juga, kawasan konservasi ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Sebab dalam kurun waktu lima tahun sejak 2017 sampai 2021 banyak gangguan yang ada di TNUK.
Pada tahun 2017, tercatat sekitar 465 gangguan di TN Ujung Kulon, kemudian 2018 ada 396 gangguan, lalu 2019 ada 216 gangguan. Tahun berikutnya yakni 2020 ada 373 gangguan, dan 2021 tercatat ada sekitar 331 gangguan. Gangguan yang dimaksud adalah adanya pihak yang masuk kawasan tanpa izin, pembuatan akses jalan, pendirian gubuk liar, penebangan pohon atau pencurian kayu, hingga perburuan satwa liar.
Duggaan indikasi perburuan terhadap Badak Jawa juga diungkapkan oleh Yayasan Auriga Nusantara. Auriga menyebut populasi badak di Ujung Kulon diduga adanya perburuan liar di habitatnya. Menurut mereka, ditemukan luka diduga bekas peluru yang menancap di kepala badak bernama Samson.
“Lubang tembus di tengkorak kepala badak jantan Samson (ditemukan mati) diduga tembusan peluru,” kata peneliti dari Yayasan Auriga Nusantara, Riszki Is Hardiyanto, dikutip dari akun resmi Auriga Nusantara, Rabu (12/4) lalu.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya: