Jakarta –
Mantan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan virus radikalisme dan intoleran merupakan benih aksi teror yang bertentangan dengan Pancasila. Said mengatakan virus radikalisme dan intoleran harus dihilangkan.
“Virus radikalisme, intoleran, yang menjadi benih awal tersemainya paham dan aksi teror harus segera ditumpas seakar-akarnya, demikian halnya virus liberalisme yang menggerus ideologi Pancasila harus dilenyapkan dengan segera,” kata Said Aqil dalam pidatonya di acara Konsolidasi Kebangsaan LPOI di Hotel Royal Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/9/2023).
Said mengatakan virus radikalisme dan intoleran harus ditumpas dengan segera. Menurutnya, ada yang sengaja memelihara virus radikalisme dan intoleran yang semua pergerakannya sudah diatur.
“Memang semuanya, semuanya by design, semuanya by design, banyak yang melihara lah kira-kira. Jamaah takfir wal hijroh, itu jaringan Afghanistan, Filipina Selatan, Poso, berati ada yang ngatur, nggak mungkin tangan kosong, udara hampa nggak mungkin itu, dari mana dana? Dari mana latihan-latihan? Siapa yang melatih?” ujarnya.
Komisaris Utama PT KAI tersebut kaget lantaran adanya karyawan KAI jadi tersangka teroris. Said menyebut pihaknya kecolongan dengan adanya hal tersebut.
“Kita sedang berhadapan dengan ancaman, tantangan, hambatan, dari dalam dan luar negeri yang sangat serius. Ideologi asing yang anti-Pancasila telah meracuni generasi bangsa dan bergerak melalui multichannel, blok-blok peradaban tengah telah merangkak melakukan hegemoni dan memaksakan kehendaknya melalui berbagi upaya,” kata Said Aqil dalam acara yang sama.
Said lalu mengatakan benih intoleran dan radikalisme telah mengoyak kebinekaan. Dia lantas mengaku kaget saat mengetahui salah satu karyawannya KAI jadi tersangka terorisme.
“Benih dan benih radikal intoleran sedang menguat mengoyak Kebhinnekaan dan saya sebagai Komut KAI kaget betul, eh ternyata di KAI ada teroris. Kita kecolongan betul,” ujarnya.
Said menilai penampilan karyawan KAI tersebut tidak mencerminkan seperti teroris pada umumnya. Ia mengatakan DE tak berjenggot dan tak mencurigakan. Dia lantas menyebut masih banyak di internal BUMN yang terlibat.
“Dan tampangnya tidak mencurigakan, ganteng, tanpa jenggot, nggak berjenggot, nggak hitam, biasa, itu petugas langsir di Stasiun Jakarta Pudat ternyata teroris. Dan saya yakin Pak Wisnu masih ada, di beberapa BUMN, masih banyak, masih ada atau masih banyaklah,” ujarnya.
(rfs/rfs)