Jakarta –
Proses penjaringan tentara-tentara teladan di program Soedirman Awards terus berlangsung. Program Soedirman Awards ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi prajurit TNI dalam meneladani nilai-nilai kepahlawanan Jenderal Besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman yang lestari.
Jenderal Soedirman, seperti diceritakan dalam artikel-artikel sebelumnya, merupakan sosok pemimpin yang saleh, gigih dan berkharisma. Kepiawaian Soedirman berhasil membawa tentara Indonesia memenangi sejumlah pertempuran melawan penjajah.
Cerita mengenai kegigihan dan kepemimpinan Soedirman juga diceritakan oleh pengawalnya, Tjokropranolo, dalam bukunya yang berjudul Jenderal Soedirman; Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia yang dikutip pada Kamis (14/9/2023). Salah satu cerita yang ada di buku tersebut yaitu saat Belanda melakukan penyerangan secara mendadak ke Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota Indonesia.
Tjokropranolo menuturkan sebenarnya Soedirman sudah diminta untuk segera meninggalkan Yogyakarta sebelum adanya penyerangan mendadak Belanda itu. Sudah ada tempat yang disediakan untuk Soedirman jika Belanda sewaktu-waktu menyerang.
Namun Soedirman menolak saran tersebut. Soedirman menyatakan hanya akan meninggalkan kota jika pasukan pertama Belanda masuk kota.
“Beliau adalah seorang yang mempunyai rasa percaya akan diri sendiri dan selalu mempunyai perhitungan unik yang tersendiri, keberanian yang luar biasa dan memiliki ketenangan di dalam mengambil langkah-langkah tindakannya,” tutur Tjokropranolo.
Singkat cerita, Belanda pun melakukan penyerbuan pada 19 Desember 1948. Penyerangan diawali dengan manuver angkatan udara yang kemudian dilanjutkan pengeboman dan tembakan dari pesawat Belanda yang menyerang pangkalan udara Maguwo atau sekarang Adisucipto.
Penyerangan Belanda itu pun membuat situasi sangat kritis. Sedangkan Jenderal Soedirman sendiri saat itu dalam keadaan fisik yang masih lemah karena baru saja menjalani operasi paru-paru. Soedirman memaksakan diri untuk pergi ke Gedung Agung untuk menemui Presiden Sukarno (Bung Karno). Tujuan dari kedatangannya adalah untuk mendapatkan keputusan-keputusan terkait situasi terakhir yang sangat kritis.
Akhirnya setelah adanya penyerangan militer Belanda untuk kedua kalinya itu, Jenderal Soedirman mengeluarkan perintah kilat. Berikut isinya:
PERINTAH KILAT No 1/PB/D/48
1. Kita telah diserang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang kota Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda.
Dikeluarkan di: Tempat
Tanggal: 19 Desember 1948
Jam: 08.00
Perintah kilat itu membangkitkan semangat para prajurit, pejuang dan rakyat untuk mengikuti jejak Soedirman yaitu pantang menyerah dan bergerilya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Selain itu, perintah kilat Jenderal Soedirman tersebut membuat perubahan strategi yaitu meninggalkan sistem pertahanan linier dan beralih kepada penerapan strategi perang gerilya dengan kata lain. Hal itu berarti kota Yogya tidak akan dipertahankan dengan pasukan besar linier tetapi beralih ke perang gerilya.
“Dengan pasukan pasukan kecil di luar kota, dan terus menerus tanpa mengenal waktu dan lelah, kita menyerang pasukan-pasukan Belanda di mana saja mereka berada, sesuai dengan Surat Perintah yang dikeluarkan sebelumnya yaitu Perintah Siasat No 1 Mei 48. Strategi inilah yang ternyata di kemudian hari dapat mengalahkan strategi pihak pemerintah Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Belanda dengan strategi TNI ini tidak dapat menghancurkan TNI yang didukung serta dilindungi oleh rakyatnya yang ingin merdeka. Memang mereka dapat me- menangkan suatu pertempuran seperti halnya pertempuran di Yogya. Namun secara strategis dalam jangka panjang, mereka akan kalah… tinggal pada masalah waktu saja,” tutur Tjokropranolo.
Soedirman Awards
Cerita di atas merupakan salah satu bagian dari kisah kepahlawanan Jenderal Besar TNI Raden Soedirman yang lestari hingga kini. Inspirasi keteladanan Jenderal Soedirman itu pula yang melatarbelakangi detikcom berkolaborasi dengan Mabes TNI meluncurkan Soedirman Awards.
Program Soedirman Awards ini ditujukan untuk menjaring para prajurit teladan di Indonesia. Program ini juga diharapkan dapat menjadi ajang apresiasi bagi prajurit TNI yang menunjukkan loyalitas dan dedikasi luar biasa kepada masyarakat, sebagaimana atensi dari Panglima TNI. Selain itu, penghargaan ini diharapkan dapat memotivasi, menginspirasi, dan membuat prajurit TNI meneladani nilai-nilai yang diwariskan Jenderal Besar Soedirman.
Ada tiga kategori penghargaan yang akan dianugerahkan kepada prajurit tiap matra, yaitu Tentara Berdedikasi, Tentara Inovatif, serta Tentara Penjaga Wilayah NKRI.
Sementara itu, penjaringan kandidat penerima Soedirman Awards telah dimulai Jumat (1/9) lalu. Penjaringan dibuka melalui dua jalur usulan, yaitu masyarakat bisa mengusulkan via formulir digital dan internal matra TNI juga bisa memberikan usulan kepada panitia.
Setelah proses penjaringan selesai, penerima penghargaan Soedirman Awards akan diumumkan di acara penganugerahan pada 28 Oktober 2023.
Adapun tiga dewan pakar yang bakal menyeleksi kandidat penerima Soedirman Awards adalah Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid, mantan Wakil Ketua Komnas HAM Amiruddin Al Rahab, dan Pemimpin Redaksi detikcom Alfito Deannova.
detikcom mengajak Anda pembaca setia dan seluruh masyarakat Indonesia untuk berkontribusi lewat partisipasi di Soedirman Awards. Usulan dari Anda para pembaca diharapkan menjadi bahan bakar penyemangat personel TNI untuk memberikan dedikasi tinggi di tengah masyarakat. Anda dapat mengusulkan kandidat penerima Soedirman Awards lewat gform di sini.
(knv/fjp)