Jakarta –
Anggota Polri dari Polres Malaka, Polda Nusa Tenggara Timur (NTT), Ipda Albertus Fridus Bere, menerima anugerah medali kehormatan dari Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Jose Manuel Ramos Horta. Ipda Fridus dapat penghargaan itu karena aksinya menyelamatkan warga Timor Leste di perbatasan dengan Indonesia.
Penghargaan untuk Ipda Fridus diberikan Presiden Horta di Istana Presiden Timor Leste Lahane, Dili, pada Senin (27/11/2023). Ipda Fridus didampingi oleh Duta Besar RI untuk Timor Leste, Okto Dorinus Manik.
“Kita patut bersyukur dan bangga karena anggota Polri kita yang bekerja dengan penuh integritas diri di wilayah perbatasan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Ini merefleksikan tindakan diskresi yang memiliki dampak luar biasa bagi hubungan kedua negara. Saya ucapkan selamat kepada Kapolri dan Kapolda NTT atas perbuatan kemanusiaan yang dilakukan anggotanya di wilayah perbatasan,” kata Okto dalam keterangan tertulis kantor Atase Polri KBRI Dili, Selasa (28/11/2023).
Ipda Fridus Bere terima Bintang Kehormatan dari Presiden Timor Leste Foto: dok. istimewa
|
Jasa Ipda Fridus adalah membantu menyelamatkan nyawa seorang warga Timor Leste untuk bisa mendapatkan pengobatan di Malaka beberapa tahun silam.
Atase Polri KBRI Dili Kombes Da Costa mengatakan sekitar 25 Juli 2023, Presiden Horta mendapatkan informasi terkait tindakan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh Ipda Fridus Bere terhadap warga Timor Leste. Pemerintah Timor Leste lalu melakukan penelitian untuk memberikan penghargaan khusus kepada Ipda Fridus atas hati baiknya dalam melaksanakan tugas sebagai polisi perbatasan.
Seperti diketahui, Ipda Fridus bertugas di Pos Lintas Batas Negara dari 2015 hingga 2022. Saat ini, Ipda Fridus sebagai Pama di Polres Malaka, NTT.
Beragam cerita yang dialami Ipda Fridus selama menjaga pos lintas batas negara. Ipda Fridus sempat mencegah warga yang masuk dan keluar Indonesia secara ilegal.
“Kalau selama ini ilegal, pelintas ilegal, tapi kalau kita tangkap juga kita serahkan ke imigrasi yang punya kewenangan untuk urus orang,” kata Fridus kepada detikcom, Selasa (31/1/2023).
Salah satu cerita yang masih diingat Fridus adalah saat mengizinkan warga Timor Leste yang tak memiliki dokumen lengkap masuk ke Indonesia untuk berobat pada tahun 2018. Wanita Timor Leste itu disebut mengalami sakit parah.
“Yang namanya orang sakit pasti tidak bisalah secara aturan, tapi karena kondisinya badan kuning semua, habis semua, kurus, tidak bisa jalan harus dipegang tangannya kiri kanan. Yang bersangkutan harus berobat di Indonesia, tapi terkendala aturan yang kita lihat ‘ya sudah, biar masuk saja, ada risiko apa-apa saya siap tanggung jawab. Ini masalah nyawa. Kalau kita berdoa saja namun tidak melakukan perbuatan baik maka kasih itu tidak ada. Ya Kasih itu adalah tentang perbuatan kemanusiaan’,” kata Fridus.
Fridus menyebut wanita dan keluarga yang membawanya tidak mempunyai paspor sehingga sempat dicegat di pos lintas batas. Namun, Fridus tetap memberikan izin kepada mereka untuk masuk ke Indonesia.
“Karena kalau tidak dibantu pasti nyawanya juga tidak bisa tertolong. Saya tanya ‘kenapa tidak berobat di sana?’ Alasannya bilang rumah sakit jauh waktu itu, lebih dekat ke Indonesia-nya,” jelasnya.
Ipda Fridus berbuat baik kepada sesama karena ajaran dari orang tuanya. Ipda Fridus selalu memegang teguh pesan dari orang tuanya itu.
(fas/fas)