Wapres Ma’ruf Amin berbicara soal manusia tak bisa memilih siapa orang tuanya. Namun, jika bisa memilih Ma’ruf ingin menjadi anak presiden. Ucapan itu mengundang banyak tafsir.
Hal itu dikatakan Ma’ruf dalam sambutannya di pembukaan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Se-Indonesia, Rabu (29/5/2024). Awalnya, Ma’ruf mengatakan segala hal yang diberikan untuk manusia semuanya telah ditetapkan oleh Allah.
“Kita juga ada yang dipaksa sama Allah, misal kita lahir di mana, kita nggak bisa milih. Pak Gubernur, walaupun sekarang jadi Gubernur Bangkabelitung lahirnya di Aceh. Nggak bisa saya milih lahir di Bangka. Nggak ada orang bisa milih mau lahir di mana,” ujar Ma’ruf.
Selain itu, Ma’ruf menyebutkan manusia tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Ia lantas mencontohkan, jika bisa memilih orang tua, seorang anak akan memilih menjadi anak seorang presiden.
“Orang tidak bisa milih siapa bapaknya, siapa ibunya. Apa bisa milih? Kalau bisa milih, saya ingin jadi anak presiden. Tapi kan nggak bisa. Itu majbur (ditakdirkan Allah),” kata Ma’ruf.
“Ada yang lahirnya hitam, ada yang putih, ada yang hidungnya mancung, ada yang hidungnya pesek, apa bisa milih, kalau bisa milih semua cakep,” tuturnya.
Bos PPI Anggap Satire
Wapres Ma’ruf Amin ingin menjadi anak Presiden jika dia bisa memilih. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai pernyataan Wapres Ma’ruf satire dan bersayap.
“Pernyataan satire. Karena anak Presiden dapat previlege dalam segala hal. Apa lagi dalam urusan politik, merem saja segala keingininan anak Presiden bisa terpenuhi,” kata Adi kepada wartawan, Jumat (31/5).
Menurut Adi, pernyataan Ma’ruf Amin secara alamiah dimimpikan semua orang di dunia dan hal normal sebagai manusia. Senada dengan Ma’ruf Amin, Adi menilai menjadi anak siapa tak bisa menentukan sendiri, karena domain yang Maha Kuasa.
Masalahnya, menurut Adi, pernyataan Ma’ruf Amin digunakan publik, khususnya kalangan pegiat demokrasi, untuk mengkritik praktik politik yang menyangkut anak presiden.
“Mulai dari putusan MK (Mahkamah Konstitusi) hingga putusan MA (Mahkamah Agung). Padahal pernyataan Ma’ruf Amin normatif saja sebenarnya,” ujarnya.
PKS Ungkit Putusan MK-MA
Wapres Ma’ruf Amin mengatakan ‘ingin menjadi anak Presiden’, namun tak bisa memilih saat dilahirkan. Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, menyinggung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA) terkait pernyataan Ma’ruf Amin.
“Ini menarik. Apa lagi keputusan MK dan MA seolah memberi karpet merah. Dan ini tidak sehat,” kata Mardani kepada wartawan, Jumat (31/5).
Mardani sepakat dengan penilaian bahwa anak muda diberi kesempatan mendapatkan posisi jabatan publik. Namun, Mardani juga mengingatkan anak muda juga harus menjalani proses yang baik untuk mendapatkan jabatan tersebut.
“Benar anak muda mesti diberi kesempatan. Tapi pastikan anak muda yang berkualitas dan punya track record dan kaderisasi yang baik,” ujar Mardani.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya..