Mobil double cabin rombongan Kejaksaan Negeri Tebo tak kuasa melewati jalan berlumpur menuju Dusun Sungai Dahan Desa Muara Kilis Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, Selasa (4/6/2024) lalu. Malam sebelumnya, hujan deras telah membuat jalanan tanah itu menjadi berlumpur.
Begitu cuplikan video rombongan Kejari Tebo saat mengunjungi warga Suku Anak Dalam (SAD), yang diperlihatkan kepada tim detikcom. Rombongan jaksa itu hendak meresmikan Tempat Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang belakangan air bersih sudah sulit didapatkan warga SAD.
Kepedulian terhadap SAD ini salah satunya datang dari seorang Jaksa Febrow Adhyaksa Soeseno, yang kini menjabat sebagai Kasi Intelijen Kejari Tebo. Sebelum berdinas di Kejari Tebo, Febrow menjabat sebagai Kepala Seksi Pidum Kejari Batanghari. Ia juga juga sempat menjadi Kepala sub bagian pembinaan Kejari Belawan dan Jaksa Fungsional di Kejari Batu Bara.
Febrow sendiri saat ini merupakan salah satu dari 25 kandidat Adhyaksa Awards 2024. Ia masuk lima besar kategori Jaksa Inspiratif Pemberdaya Masyarakat. Sebagai Kasi Intelijen, ia memang banyak mendengar keluhan warga SAD mengenai kesulitan akses pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
“Selama ini Suku Anak Dalam sangat kesulitan air bersih bahkan di acara-acara tertentu mereka harus membeli air bersih, karena sehari-harinya menggunakan air dari anak sungai,” kata Febrow menceritakan program Pamsimas yang telah diresmikan Kajari Tebo Ridwan Ismawanta.
Selain Pamsimas, ada juga sejumlah program pembinaan dan pemberdayaan yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup SAD. Ada dua lokasi yang saat ini menjadi binaan dan perhatian Febro dan Kejari Tebo. SAD di Muara Kilis dan di Sungai Jernih, Muara Tabir.
Dua lokasi ini tentunya punya bentuk perhatian yang berbeda. Di Muara Kilis selain Pamsimas, sebelumnya juga pernah diberikan bantuan 20 ribu bibit pohon hutan.
Jaksa Febrow tengah memberikan penyuluhan kepada masyarakat Suku Anak Dalam (dok Pribadi)
|
Rumah Singgah SAD
Jika di Muara Kilis ada program Pamsimas untuk SAD, beda lagi untuk warga SAD di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Muara Tabir. Di Sungai Jernih, Febrow bersama Kejari Tebo menggagas Rumah Singgah.
Rumah Singgah ini merupakan tempat persinggahan anak-anak warga SAD yang melanjutkan pendidikan formal. Sekolah formal tempat anak-anak SAD menempuh pendidikan, sangat jauh dari hutan tempat mereka tinggal. Mereka harus berjalan kaki maupun naik motor dengan melewati jalan tanah dan berlumpur jika hujan untuk sampai ke sekolah.
“Kalau kita biarkan anak-anak SAD yang sedang menjalani pendidikan ini kan kasihan. Karena kalau hujan itu susah dilalui roda dua. Makan waktu 2 jam lebih kalau pakai kendaraan roda dua,” ujar pemilik nama tengah Adhyaksa ini.
Setidaknya ada lima anak SAD yang kini menempuh pendidikan di SD Negeri 163 Sungai Jernih, yakni Kelamo (8), Beguna (8), Bepinta (8), Malan (9) dan Nguris (7). Mereka dari kelompok SAD Temenggung Ngadap dan Temenggung Pemubar.
Rumah Singgah itu berada di dekat SD Negeri 163 Sungai Jernih. Rumah itu bekas rumah dinas guru milik Dinas Pendidikan Kabupaten Tebo, yang kini sudah tidak terpakai. Dengan menggandeng Pemkab Tebo dan Dinas Pendidikan, rumah itu kini akan dikelola Kejari Tebo bersama Yayasan Orang Rimbo Kito (Orik) untuk persinggahan anak-anak SAD.
“Ini sesuai dengan permintaan mereka. Alasan mereka, ketika anak-anak sekolah di SD tersebut, mereka tidak khawatir lagi, karena sudah ada tempat tinggal,” katanya.
Febrow mengatakan Rumah Singgah itu memang belum aktif digunakan. Saat ini tengah dalam proses pengerjaan dan renovasi agar layak digunakan oleh warga SAD nantinya. Namun, kabar Rumah Singgah itu dibuat sudah mendapat sambutan baik bagi warga SAD.
“Bulan ini mulai dikerjakan. Kita siapkan juga nanti fasilitasnya, ada piring, ada kompor dan buku bacaan yang sesuai tingkatannya,” jelas lulusan S1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini.
Rumah Singgah ini tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak SAD yang melanjutkan pendidikan formal. Nantinya, rumah ini bisa menjadi tempat persinggahan warga SAD yang keluar hutan untuk berobat dan mengurus keperluan lainnya.
“Jadi kalau ada warga SAD yang mau berobat keluar, kalau sudah kemalaman mereka bisa menginap ke situ,” terangnya.
Rumah Singgah ini, kata Febrow juga rencananya akan dibangun untuk warga SAD Muara Kilis. Tak hanya sebagai tempat singgah, namun bisa menjadi tempat penyuluhan hukum nantinya. “Kalau memang dibutuhkan kita juga buat di Muara Kilis,” ujarnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.