Jakarta –
Fenomena ‘Joki Strava’ atau jasa untuk menggantikan orang lain menjalankan aktivitas olahraga menjadi ramai diperbincangkan di media sosial. Pelari di car free day (CFD) Bundaran HI Jakarta menilai menyewa joki Strava hanya menipu diri sendiri.
“Kalau hal seperti itu tentu kurang baik ya, nggak setuju saya. Artinya untuk dirinya sendiri aja nipu apalagi buat orang lain, ya kan. Ya itu emang dia niatnya nggak olahraga hanya eksistensi aja itu. Sangat tidak bagus, lalu apa sih keuntungannya kalau gitu eksis doang kan?” kata warga bernama Racha (58) di CFD Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (7/7/2024).
Untuk diketahui, Strava merupakan aplikasi kebugaran sosial yang dapat melacak hasil olahraga, seperti lari, bersepeda, hingga hiking dengan memanfaatkan data GPS. Strava mencatat data aktivitas pengguna yang kemudian dapat dibagikan secara publik.
Kembali ke Racha, dia mengaku kerap berolahraga di waktu senggang. Menurutnya, tidak ada manfaatnya olahraga bagi seseorang yang mengunakan joki Strava.
“Manfaatnya kan dia nggak ada, buat diri sendiri aja dia nipu apalagi buat orang lain. Orang kayak gini kalau bisa jangan di pemerintahan,” ucapnya.
Pelari lain, Jafar (23), mengaku tindakan butuh validasi dari orang lain sebagai hal yang cupu. Dia menyebut menyewa joki Strava tak ada manfaatnya bagi kesehatan si penyewa.
“Kalau menurut saya itu cupu sih, kalau kata saya sih itu ngapain ya kayak gitu-gitu soalnya nggak ada manfaat banget sih. Jadi lo kan mau ngasih tau ke orang kalau lu abis lari kayak gitu. Kalau saya sih biasanya sendiri saja kalau mau lari, kalau mau pakai Strava dinyalain sendiri aja,” ujar Jafar.
Jafar mengaku sempat menggunakan Strava dua tahun lalu. Namun kini sudah ditinggalkan, Jafar memilih untuk lebih fokus dalam berolahraga.
“Ya, tapi kalau sekarang-sekarang sih saya udah nggak peduliin Strava sih, jadi saya lari-lari aja. Paling awal-awal dulu aja tahun 2022 gitu pake Strava sering, tapi sekarang udah nggak sih,” katanya.
Adapun layanan yang ditawarkan seorang joki Strava cukup beragam. Selain jarak tempuh, pengguna jasa joki Strava juga bisa meminta kebutuhan yang lebih spesifik, seperti pace dan elevation gain.
Salah satu penyedia jasa joki Strava, Niko, mengaku mematok harga yang berbeda-beda tergantung permintaan pace dan elevation gain dari klien.
“Kalau pace di bawah 5 kena biaya 6-7 ribu/kilometer. Kalau pace di atas 5 kena biaya 5 ribu/kilometer,” kata Niko (21), seorang mahasiswa yang menawarkan ‘open joki Strava’ dilansir dari detikHealth.
“Ada juga joki elevasi gain di atas 1.000 meter bisa di 10 ribu/kilometer karena track-nya bisa di bukit atau bisa saja di gunung,” lanjutnya.
Niko menambahkan biaya joki juga bisa berubah tergantung kondisi, seperti permintaan jarak tempuh tertentu dengan durasi waktu yang juga ditentukan.
(dwr/fas)