Jakarta –
Kelompok sopir Mikrotrans atau angkot JakLingko melakukan demonstrasi di depan Balai Kota DKI Jakarta dan aksi mogok kemarin. Atas aksi tersebut, warga berharap tak ada aksi demonstrasi susulan.
Putri (22) menjadi satu di antara sejumlah pengguna JakLingko yang kebingungan saat aksi demo di depan Balai Kota kemarin. Ia mengatakan sempat merasa bingung saat menunggu JakLingko yang tak kunjung datang.
“Iya kadang naik JakLingko, kadang naik TransJ. (Kemarin) naik ojol (ke kantor), tadinya mau naik JakLingko tapi udah nunggu lama nggak dateng. Liat di Twitter ternyata demo,” kata Putri kepada detikcom, Rabu (31/7/2024).
Dia menambahkan hari itu ia merasa beruntung. Sebab, dirinya dapat sampai di tempat kerja dengan tepat waktu.
“Enggak (telat) sih karena langsung pesen ojol pas tau ada demo. Tadinya mau ganti naik TransJ tapi karena takut macet dan males nunggu lagi jadi ya udah naik ojol aja,” tambahnya.
Dia menyebut setelah membaca di X, ternyata alasan para sopir JakLingko menggelar demo lantaran menuntut upah hingga masalah kuota armada. Ia menilai sudah semestinya para sopir mendapat upah yang layak.
“Ya seharusnya sopir-sopir dapat upah yang layak ya karena kan mereka kerja untuk menghidupi keluarga juga kan dan biaya kebutuhan pokok juga makin hari makin mahal. Jadi ya sudah sepatutnya lah dapat upah yang semestinya,” tutur Putri.
Ia pun berharap ke depan tak ada lagi aksi demonstrasi serupa. Hal itu, kata dia, agar para pengguna tak perlu kebingungan lagi saat hendak pergi bekerja.
“Iya berharap gitu (tak ada demo susulan) karena kalo demo lagi tiba-tiba, kita sebagai pengguna juga jadi bingung gitu, mau berangkat kerja kebingungan nyari alternatif (angkutan) lain. Akhirnya mau enggak mau pesen ojol,” pungkasnya.
Sama dengan Putri, pengguna JakLingko lainnya bernama Gusti (25) juga berharap hal yang sama. Ia meyakini para sopir tak akan menggelar aksi demo jika aspirasinya didengar.
“Tentunya saya berhadap tidak ada demo lagi ya. Toh saya juga yakin hal ini merupakan harapan dari semua pihak, khususnya para sopir jika tuntutannya dipenuhi atau setidaknya dikasih wadah aspirasi gitu ,” kata Gusti.
Dia menambahkan seharusnya pemerintah setempat menaruh perhatian lebih kepada masyarakat kecil, khususnya terkait kesejahteraan sopir. Menurut dia, pemerintah seharusnya terbuka dan selalu melakukan dialog dengan masyarakat.
“Menurut saya ya sudah seharusnya pihak berwenang menaruh perhatian mereka terhadap para sopir. Hal minimal yang bisa dilakukan oleh pemerintah ya memberikan kesempatan kepada para sopir untuk melakukan negosiasi dan dialog terbuka, sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman,” imbuh Gusti.
(lir/lir)