Jakarta –
Air mata Turinih terus menerus menetes tak tertahankan, mengingat Lissa, anak semata wayang yang meninggal beberapa waktu lalu. Di pusara sang anak bersama suaminya, Turinih merapalkan doa-doa penyejuk hati yang diharapkan sampai juga ke Lissa. Turinih bersama berbuatbaik.id juga menabur bunga dan menyiramkan air mawar di makam Lissa yang belum kering seraya berharap dilapangkan kuburnya.
Ibu yang sehari-hari berdagang ini menceritakan kembali detik-detik dirinya kehilangan Lissa siang itu. Menurut Turinih, dirinya sama sekali tak punya firasat apapun saat meninggalkan Lissa dan ayahnya untuk berdagang. Pasutri ini memang bergantian pulang pergi saat mencari nafkah karena Lissa sama sekali tidak bisa ditinggalkan.
“Pas waktu itu dia kayak biasanya aja, gak nyangka, ga sakit, gak ada firasat apa. Waktu itu pas disuapin merem, pas ketiga kalinya nelen nasi itu langsung lemes. Pas pulang dari warung bapaknya lagi nagis, lagi gedong. Saya tanya kenapa pak, langsung saya tepok dede. Dia lemes aja kayak orang tidur. Biasanya dipencet hidungnya bangun, ini gak bangun, akhirnya saya percaya anak saya udah nggak ada. Ya udah lah mungkin sudah jalannya,” jelas dia kepada tim berbuatbaik.id
Saat berbuatbaik.id berziarah ke makam Lissa, saat itu bapak dan pamannya sedang bekerja memperbaiki makam Lissa agar tidak kebanjiran. Pembangunan makan Lissa ini pun hasil donasi dari sahabat baik.
Tak sampai di situ, sambil sesekali menangis, Turinih mengajak berbuatbaik.id untuk melihat tempat keluarga ini berdagang. Sebuah tempat kecil dengan dinding seadanya menjadi tempat Turinih dan suami mencari nafkah dengan berjualan aneka camilan, minuman ringan, hingga bensin. Dia mengatakan selepas anaknya meninggal, pasutri ini lebih sering menghabiskan waktu dengan berjualan daripada berdiam di rumah. Hal itu semata karena pasutri ini masih sering merindukan Lissa saat menatap barang-barang kepunyaan anaknya.
“Tetap ada rasa menganjal, makanya saya jarang pulang ke rumah kalau ke kamar dede gak nahan. Semua masih ada, bonekanya, kelambunya. Kalau tidur suka sampingan, saya gak percaya kayak masih ada aja,” ucap Turinih lirih sembari menangis lagi.
Lissa, bocah penderita gizi buruk di Indramayu meninggal dunia. Kedua orangtuanya berterima kasih atas donasi-donasi yang diberikan untuk Lissa semasa hidupnya. (Foto: berbuatbaik.id)
|
Kendati demikian, Turinih menyadari hidup harus terus berjalan. Dia pun berniat mengembangkan usahanya lagi sembari membunuh rasa sedihnya yang terlihat masih menggelayutinya.
“Makam dede Lisa becek, kalau hujan, air masuk ke makam. Makanya rencananya pake fondasi dikeruk biar gak becek,mau dipagar juga pake baja ringan. Saya pengen jualan lagi,” tandas dia.
Dia pun mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang bersimpati padanya hingga bersedia memberikan donasi kepada keluarga ini.
“Sudah jelas saya berterima kasih dengan setulus hati atas nama dede Lissa, saya mengucapkan terima kasih mudah-mudahan yang membantu dede Lissa, Allah yang akan membalasnya. Saya terima dengan lapang dada dan saya ucapkan terima kasih atas simpati dan bantuannya,” tutup Turinih.
Sahabat baik, keluarga ini mencoba bangkit lagi dari rasa sedih dan donasi dari kalian lah yang sedikit demi sedikit menguatkan hati Turinih dan Lissa. Semoga kelak kehidupan keluarga ini semakin membaik walaupun sudah tidak ada lagi Lissa di sisi. Seluruh donasi telah tersalurkan sebesar Rp 38.188.799 yang dimanfaatkan untuk pembangunan makam Lissa dan modal usaha keluarga.
Mari teruskan kebaikan ini dengan terus Donasi hanya melalui berbuatbaik.id. Semua donasi yang diberikan akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang juga.
(kny/imk)