Jakarta –
Mantan penyidik senior KPK, Novel Baswedan, turut menanggapi pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut operasi tangkap tangan (OTT) lebih baik tidak ada. Novel khawatir pernyataan itu berdampak pada semakin menurunnya skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun depan.
“Itu sudah pasti (berdampak ke skor IPK). Sekarang bahkan korupsi di dalam KPK tidak ditindak dan dibersihkan, bagaimana diharapkan akan memberantas korupsi?,” kata Novel saat dihubungi, Rabu (19/7/2023).
Novel mengaku khawatir pernyataan kontroversial dari Luhut itu dijadikan alasan di balik melemahnya penegakan hukum yang dilakukan di internal KPK. Dia menilai pernyataan yang kontra dari para pemegang kekuasaan terhadap kerja pemberantasan korupsi di Indonesia akan semakin melemahkan kerja KPK.
“Saya khawatir pernyataan-pernyataan yang kontroversial itu hanya digunakan untuk legitimasi terhadap semua masalah di KPK hari ini, atau dijadikan alasan seolah membiarkan KPK tetap pada posisi bermasalah seperti sekarang ini tidak apa-apa,” terang Novel.
Menurut Novel, kegiatan pemberantasan korupsi memang tidak bisa bertumpu pada satu kegiatan. Dia menilai penindakan, pencegahan, dan pendidikan harus berjalan beriringan dalam kerja pemberantasan korupsi di Indonesia.
Namun, Novel menegaskan kegiatan OTT merupakan langkah penindakan paling efektif dalam memberantas korupsi. Kegiatan itu, kata Novel, juga bisa menjadi alarm bagi pejabat untuk tidak melakukan korupsi.
“Justru OTT itu penindakan paling efektif. Bahkan bisa bernuansa pencegahan karena bila banyak OTT orang taku berbuat korupsi,” katanya.
Luhut Sebut Kerja KPK Bagus Jika Tak Ada OTT
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berbicara soal operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK. Luhut menilai semakin sedikit OTT, kerja KPK semakin baik.
“Kalau OTT-nya ndak ada malah lebih bagus. Berarti pencegahannya lebih baik,” kata Luhut di KPK, Jakarta Selatan, Selasa (18/7).
Pada tahun ini, KPK pun baru melakukan tiga kali OTT. Luhut menyambut antusias sistem penegakan hukum yang tengah berlangsung di KPK.
Dia mengaku heran jika penindakan korupsi di Indonesia masih dibanggakan dengan banyaknya kegiatan operasi tangkap tangan.
“Ya memang harus ke situ (OTT sedikit). Kita ngapain bangsa ini pamer-pamer OTT-OTT melulu, bangga lihat itu? OTT Rp 50 juta, Rp 100 juta. Kau ndak pernah cerita berapa mereka menghemat triliunan-triliunan,” jelas Luhut.
Secara khusus Luhut juga memuji kinerja Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan. Dia mengapresiasi sistem pencegahan yang telah disusun Pahala di KPK.
“Pahala itu kerja sama saya. Lapor presiden, Pak Presiden ini kerjanya Pahala sama Firli ini hebat, paten. Karena menurut saya angka urusannya,” ujar Luhut.
(ygs/idh)