Jakarta –
Polisi telah menetapkan mahasiswa Universitas Indonesia, Altafasalya Ardnika Basya (23), sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana terhadap juniornya, Muhammad Naufal Zidan (19). Setelah mengeksekusi korban, Altaf pulang ke kos dalam kondisi berkeringat.
“Pas Kamis pagi jujur nggak ada (perilaku aneh) ya cuma di waktu malam hari ini berdasarkan yang diceritakan di pers konferens kan katanya terjadinya dua hari yang pembungkusan itu terjadi Kamis. Nah di Kamis malam saya sudah posisi di kamar di atas jam 10,” ujar teman satu kos Altaf, Akbar (22) kepada wartawan di Kukusan, Beji, Depok, Minggu (6/8/2023).
“Pelaku datang tiba-tiba buka pintu kamar dan basa-basi namun dengan keadaan badan yang berkeringat gitu karena kalo nggak salah dia pake baju warna putih jadi keringatnya keliatan jelas,” lanjutnya.
Akbar mengatakan Kamis malam tak ada kecurigaan dari raut wajah Altaf. Sebelumnya juga Altaf tak menginfokan akan pergi kemana.
“Kamis malam, dari raut wajah nggak ada kecurigaan. Karena itu aja sih keringet di baju, nggak ada keliatan panik. Itu jam 12 lebih itu. Oh nggak ada, kalau kamis (info mau kemana),” ujarnya.
Akbar saat peristiwa pembunuhan Zidan, Altaf mengenakan baju berwarna hitam.
“(Sweater putih) nggak ada, setahu saya hari Rabu itu keluar pake kaos hitam, kaos yang ada di CCTV, oiya yang itu sweater. Dan jaket putih itu nggak saya lihat selama bertemu dengan dia,” ungkapnya.
Akbar mengatakan tak melihat barang bawaan Altaf usai membunuh Zidan. Altaf, kata Akbar, sempat menawarkan makanan ke penghuni kos.
“Nah itu posisi dia balik Rabu sama Kamis itu saya udah di dalam, apa yang dia bawa ke dalam sini tuh kita nggak lihat. Kita cuma denger dia bilang ‘gua bawa makanan nih’,” ungkapnya.
Main Kripto hingga Terjerat Pinjol
Sebelumnya, Akbar mengatakan Altaf menebak-nebak bermain kripto untuk mencari uang. Altaf sendiri, terang Akbar, pernah mengeluh dan kebingungan mencari uang
“Dia (Altaf) nggak pernah cerita background dia main kripto apa, yang saya sendiri tau dia emang pengin cari uang aja. (Ruginya) kalau yang di polisi kan Rp 80 juta ya, kalo di kita nggak pernah diceritain gitu,” ujar Akbar.
“Dia sempat mention itu kan kayak tebak-tebakan lah ya jadi harus nebak kapan naik kapan turun mungkin gitu sih yang saya tahu gimana cara kehilangan uangnya,” tambahnya.
(isa/isa)