Jakarta –
Kekeringan masih melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat sekitar 35 ribu warga terdampak kekeringan tersebut.
“Perkiraan jumlah terdampak 35.437 jiwa yang terdiri dari 10.625 KK,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor, Asep Sulaeman, dalam keterangannya, Kamis (10/8/2023).
Data tersebut menunjukkan periode waktu pada 29 Juli hingga 8 Agustus 2023. Perkembangan data terbarunya akan terus disampaikan pihak BPBD.
Total ada 11 kecamatan yang terdampak kekeringan di Kabupaten Bogor. Di antaranya Kecamatan Babakan Madang, Citeureup, Leuwisadeng, Sukajaya, Tenjo, Rancabungur, Cisarua, Cibungbulang, Jonggol, Jasinga, dan Nanggung.
“Sementara ada 24 desa dari 11 kecamatan yang terdampak,” ungkapnya.
Upaya dini tanggap darurat terus dilakukan oleh BPBD dengan membagikan air bersih. Total dalam periode waktu tersebut, sudah 290 ribu liter air bersih dibagikan.
Legislator Bogor Minta Pemkab Antisipasi Kekeringan
Sebelumnya, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Achmad Fatoni berharap pemerintah daerah menanggulangi masalah kekeringan ini secara komprehensif. Artinya, langkah jangka menengah dan panjang juga harus dilakukan katanya.
“Jangan hanya melakukan langkah penanganan darurat berupa bantuan air bersih ke daerah yang terdampak, tapi juga harus diikuti langkah jangka menengah dan panjang. Karena pada dasarnya area yang mengalami kekeringan tidak banyak berubah dan bisa didata jauh sebelum kejadian kekeringan berulang, sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan,” kata Fatoni saat dihubungi wartawan, Rabu (9/8).
Menurutnya, jangka menengah yang bisa dilakukan adalah dengan membangun sarana air bersih. Bisa melalui pembuatan sumur maupun pipanisasi sampai jaringan PDAM dengan mengolah air sungai, atau memanfaatkan mata air yang ada.
Menurutnya, jangka menengah yang bisa dilakukan adalah dengan membangun sarana air bersih. Bisa melalui pembuatan sumur maupun pipanisasi sampai jaringan PDAM dengan mengolah air sungai, atau memanfaatkan mata air yang ada.
“Jangka panjangnya adalah dengan memperhatikan kelestarian hutan dan tutupan vegetasi. Lakukan reboisasi di daerah-daerah hulu dan hutan atau lahan-lahan kritis atau gundul,” tuturnya.
Dia juga menyarankan agar dibuat sumur resapan maupun biopori. Terutama di wilayah permukiman penduduk, agar air hujan bisa banyak masuk ke tanah.
“Usaha Jangka panjang ini tidak hanya untuk mencegah kekeringan, tapi juga mencegah bencana banjir,” sebutnya.
(rdh/yld)