Perkiraan ini berasal dari riset terbaru HSBC, yang menyoroti meningkatnya biaya komputasi seiring perlombaan kecerdasan buatan (AI) global yang semakin agresif.
Dikutip dari RT, Selasa 2 Desember 2025, dalam laporan itu disebutkan bahwa meski OpenAI sudah memiliki perjanjian komputasi jangka panjang dengan Microsoft, Amazon, dan Oracle, kebutuhan modal perusahaan diperkirakan masih akan jauh melampaui pendapatan. Dengan proyeksi pendapatan sekitar 129 miliar Dolar AS pada 2030, OpenAI masih menghadapi kesenjangan pendanaan sekitar 207 miliar Dolar AS.
Salah satu beban terbesar adalah biaya cloud dan komputasi. HSBC memperkirakan tagihan sewa cloud OpenAI dapat menembus 800 miliar Dolar AS pada 2030, terutama karena pengoperasian dan pelatihan model AI raksasa membutuhkan pusat data dan chip yang sangat mahal. Lonjakan biaya ini juga dipicu persaingan global, terutama antara AS dan China, untuk mendominasi teknologi AI generatif.
HSBC juga memperkirakan pertumbuhan pengguna yang luar biasa. Produk OpenAI, ChatGPT, diprediksi dapat mencapai 3 miliar pengguna aktif pada 2030, naik drastis dari sekitar 800 juta pengguna pada bulan sebelumnya. Jika terwujud, ChatGPT akan digunakan oleh hampir separuh populasi dewasa dunia di luar China, yang memblokir sebagian besar layanan AI Barat.
Sejak ChatGPT diluncurkan tiga tahun lalu, OpenAI menjadi pusat ledakan industri AI. Perusahaan ini menarik gelombang investasi masif, dengan raksasa teknologi dunia menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk membangun pusat data, membeli chip canggih, dan mengembangkan model baru. Namun sejumlah analis memperingatkan bahwa euforia investasi ini berisiko memicu “gelembung AI”, di mana biaya pengembangan melampaui potensi keuntungan.
Oktober lalu, OpenAI menjadi perusahaan swasta paling bernilai di dunia, menyalip SpaceX milik Elon Musk. Valuasi tersebut tercapai setelah penjualan saham karyawan senilai 6,6 miliar Dolar AS, yang membuat nilai perusahaan melonjak ke sekitar 500 miliar Dolar AS.
Terlepas dari pertumbuhan pesat, laporan HSBC menegaskan bahwa masa depan OpenAI tetap bergantung pada kemampuan perusahaan mengamankan pendanaan jumbo dalam beberapa tahun ke depan. Dengan kebutuhan komputasi yang terus melejit, perlombaan untuk membangun AI tercanggih kini bukan hanya soal inovasi, tetapi juga soal kekuatan modal raksasa.

