Jakarta –
AKP I Eka Berlin berjuang untuk meningkatkan literasi anak-anak di perbatasan Indonesia-Malaysia. Polisi yang kini menjabat Kasat Samapta Polres itu membangun perpustakaan hingga rumah belajar di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara). Sosoknya diusulkan Polda Kaltara dalam program Hoegeng Corner.
AKP Berlin menjelaskan Polres Nunukan mempunyai sembilan Polsek yang semuanya berbatasan langsung dengan Malaysia. Dia mengatakan Nunukan sering menjadi wilayah perlintasan bagi pekerja migran Indonesia yang akan bekerja di Malaysia.
“Pulau Nunukan ini menjadi wilayah transit bagi pekerja-pekerja migran baik yang legal maupun ilegal, artinya daya tarik bekerja di Malaysia itu cukup tinggi, bagaimana orang ingin bekerja di Malaysia dengan beberapa alasan untuk memperbaiki taraf hidup dan sebagainya,” ujar Berlin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (14/12/2023).
Berlin mengatakan sehari-hari Polres Nunukan melakukan patroli perintis Presisi untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Selain itu, kata Berlin, polisi berupaya menyelesaikan sejumlah persoalan yang dihadapi warga.
Salah satu persoalan yang dihadapi Polres Nunukan adalah PMI ilegal yang dideportasi dari Malaysia. Mereka akhirnya bekerja di Nunukan di sektor budi daya rumput laut.
“Mereka bisa bekerja sebagai buruh kasar sebagai pengikat rumput laut,” ujar Berlin.
Berlin mengatakan banyak anak-anak dari PMI itu yang tidak mempunyai data diri sehingga untuk memulai pendidikan di sekolah menjadi susah. Akhirnya, mereka pun bekerja mengikuti orang tuanya di sektor budi daya rumput laut.
“Kemudian untuk tetap survive untuk bisa makan dan seterusnya mereka harus bekerja, membantu orang tua menjadi pengikat rumput laut, ketika mereka di rumput laut, mereka bisa dapat upah,” ujar Berlin.
Berlin menuturkan pihaknya pun melakukan pendekatan persuasif kepada anak maupun orang tua mantan PMI di Malaysia itu. Dia juga berkoordinasi dengan para pemilik usaha rumput laut untuk mengurangi para pekerja yang masih anak.
“Kami masuk ke patroli dialogis lakukan pendekatan persuasif baik terhadap anak maupun orang tua, kami membangun komunikasi dengan orang tua dan juga para pemilik rumput laut bahwa meminimalisir memperkerjakan anak tapi secara kemanusiaan juga kalau mereka tidak begitu bagaimana mereka bisa survive,” imbuh dia.
Berlin memberikan pemahaman kepada para orang tua tersebut tentang pentingnya pendidikan sebagai salah satu jalan untuk mengubah nasib hidup mereka. Berlin mendorong anak-anak itu untuk sekolah dengan berkoordinasi dengan Dukcapil agar data diri anak-anak tersebut bisa dipenuhi.
“Kami berkomunikasi dengan Dukcapil untuk menerbitkan akta lewat RT dan sebagainya sehingga yang bersangkutan memiliki akta, beberapa orang kami buatkan akta,” ujar Berlin.
Tak sampai di situ, polisi juga membuat wahana pendidikan perbatasan untuk melakukan pendampingan bagi mereka yang tidak bisa membaca dan menulis. Target dari program Polres Nunukan itu adalah anak-anak yang buta aksara.
Sebanyak 22 orang relawan terlibat dalam program tersebut. Mereka terdiri dari mahasiswa, pelajar SMA, karyawan, aktivis, personel Samapta, hingga dokter Polres Nunukan.
Saat ini sudah ada sekitar lima rumah belajar dan perpustakaan mini yang tersebar di sejumlah wilayah di Nunukan, yaitu Warung Kamtibmas Rumah Belajar Kasih Kevin, Perpustakaan dan Rumah belajar di Mantikas, Rumah Belajar di Jalan Pong Tiku, Rumah Belajar di Jalan Persemaian, dan Kelompok Belajar di Jalan Sei Sembilan. Adapun jumlah anak putus sekolah yang disekolahkan khusus di tahun ajaran 2023; 7 siswa SD, satu siswa SMP, satu siswa SMK dan 13 orang lulus ujian paket A.
Pada 2017 lalu, Berlin juga pernah menerima police award yang diberikan Kapolri. Penghargaan itu diberikan karena pengabdiannya membangun musala dan membentuk rumah belajar.
“Waktu itu saya Kapolsek di pelabuhan terkait dengan saya membangun musola dan membentuk rumah belajar di belakang Polsek, di mana Polsek yang saya bangun adalah anak-anak yang bekerja sebagai pedagang asongan, yang banyak di pelabuhan itu berdampak pada keselamatan mereka di pelabuhan yang padat. Oleh karena itu, kami mengumpulkan anak-anak tersebut belajar di rumah belajar yang telah kami siapkan,” imbuh Berlin.
(knv/whn)