Jakarta –
Aiptu Dendi Riharto melahirkan sejumlah atlet voli indoor dan voli pantai di Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Sejumlah atlet yang dididik oleh Kepala Unit Tilang Satlantas Polres Pamekasan juga pernah berkarier di liga voli nasional.
Aiptu Dendi menjadi salah satu kandidat yang diusulkan dalam Hoegeng Awards 2023 oleh Ardhie Raditya yang berasal dari Pamekasan, melalui formulir online http://dtk.id/hoegengawards2023. Ardhie pernah menjadi anak didik Aiptu Dendi pada tahun 1994 silam.
Ardhie menyebut Dendi telah menjadi pelatih dalam waktu yang lama. Anak didiknya dalam bidang voli banyak yang berprestasi baik dalam bidang olahraga ataupun pendidikan. Saat ini, Aiptu Dendi Riharto juga menjabat sebagai Kepala Bidang Kepelatihan Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Kabupaten Pamekasan.
Guna menggali informasi lebih dalam mengenai Aiptu Dendi, detikcom kemudian menghubungi Ardhie. Ardhie mengatakan sejumlah anak didik Dendi mampu menembus kejuaraan voli tingkat provinsi hingga nasional.
“Dia terkenal sekali, kalau voli di Madura kalau nyebut Pak Dendi atau Pak Anom udah terkenal itu, anak-anak didiknya banyak sekali di Madura. Anom itu Om kalau bahasa Madura itu, karena kita lebih muda kita panggilnya Om,” tutur Ardhie kepada detikcom, Senin (20/2/2023).
Aiptu Dendi disebut memiliki cara sendiri untuk mendidik para atlet agar menjadi juara. Pada atlet juga didorong untuk rajin beribadah.
“Banyak yang juara itu anak didiknya. Yang penting itu beliau itu mendidik anak-anaknya itu untuk ibadah ke masjid, tidak boleh pakai narkoba,” tutur dia.
Selain itu, Aiptu Dendi dinilai selalu menjalin silaturahmi dengan mantan anak didiknya. Ardhie yang saat ini tinggal di Surabaya, menyebut Aiptu Dendi selalu menggelar silaturahmi dengan mantan atlet-nya setiap kali Lebaran.
“Saya kebetulan peneliti, saya lebih banyak di luar, tinggal saya di Surabaya. Udah lama nggak ketemu, cuma tahun kemarin silaturahmi diundang semua anak-anak didiknya dari angkatan tahun 90-an sampai yang sekarang itu Hari Raya Idul Fitri kita ngobrol, emang rutin itu tiap tahun,” sebut Ardhie.
Ardhie menyebut Aiptu Dendi melatih voli sejak tahun 1990-an. Menjadi pelatih bola voli terus digeluti Aiptu Dendi hingga sekarang.
“Banyak (anak didiknya), berapa generasi, 10 atau 15 generasi kayaknya ini voli itu. Itu kita SMA, keluar kuliah terus nanti ganti juga yang baru,” jelasnya.
Ardhie menilai Aiptu Dendi sebagai sosok yang berprestasi. Selain itu, sang pelatih bola voli itu juga disebut sangat ramah.
“Kayaknya perlu ini diusulkan, karena memang udah lama juga (menjadi pelatih), banyak prestasinya, orangnya low profile soalnya, makanya tak hubungi,” tutur Ardhie.
Berawal dari Atlet Voli
Aiptu Dendi kemudian menceritakan perjalanannya menjadi pelatih dan juga anggota polisi. Sebelum menjadi anggota Polri, Dendi adalah seorang atlet voli.
“Awalnya saya adalah atlet, yang terakhir atlet saya sebelum jadi polisi sempat saya bermain di PON Jatim, terus saya melanjutkan jadi polisi dan jadi atlet di Pamekasan, memperkuat skuad Pamekasan tahun 94, dengan berbagai penghargaan sudah kami raih sebelum kami menuju jadi pelatih,” kata Aiptu Dendi kepada wartawan.
Saat masih aktif menjadi atlet, Dendi pernah meraih posisi runner up pada kejuaraan voli pantai tingkat Asia-Pasifik di Bali. Kejuaraan itu berlangsung pada tahun 1997.
“Kejuaraan di Pantai Lovina Bali tahun 1997, saya juara 2 tingkat Asia-Pasifik,” kata dia.
Pada tahun 2007, Aipda Dendi pensiun dari atlet voli. Kemudian dirinya melanjutkan ke sekolah pelatih.
“Kami sekolah pelatih di Malang, di Ken Arok, lisensi C lingkupnya Asia,” katanya.
Aiptu Dendy bersama atlet voli di Pamekasan Foto: dok. Istimewa
|
Setelah itu, Aiptu Dendi menjadi pelatih voli indoor. Berbagai piala sudah disabet oleh atlet-atlet dari Pamekasan yang didiknya.
Sejumlah atlet yang dilatih Aiptu Dendi juga sempat bermain di liga bola voli nasional. Namun kini, para atlet tersebut sudah ada yang berkeluarga dan menjadi prajurit TNI. Atlet itu salah satu di antaranya Ahmad Faisal Arifin yang pernah membela Surabaya Semator.
“Ada Faisal dulu di Samator, sekarang sudah jadi anggota TNI AU. Ada Titik Nurjanah dulu di Petro Gresik, sekarang juga jadi TNI AU. Ada Eka dulu juga di Petro Gresik, sekarang jadi anggota TNI AU,” katanya.
Pada tahun 2011, Aiptu Dendi kemudian fokus menjadi pelatih voli pantai, sebab cabang olahraga ini masih jarang sekali di Pamekasan. Pada tahun pertama itu pula atlet yang dilatih Aiptu Dendi meraih 4 medali di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur.
“Waktu itu kita belum punya lapangan voli pantai, kita masih latihan apa adanya. Setelah itu kita mengikuti pertandingan voli pantai Porprov Jatim alhamdulillah kita dapat medali emas,” tutur dia.
Setelah itu, Komite Olahraga Nasional (KONI) Pamekasan memberikan fasilitas untuk pembangunan lapangan voli pantai. Eks Kantor Polisi Wilayah (Polwil) setempat disulap menjadi markas latihan.
“(Awalnya) di SMA 3 Pamekasan, alat-alat yang kita pakai tidak aman sama sekali, karena tiap kali kita narok barang-barang di sana hilang. Akhirnya kita buat lagi di Polwil, kantornya juga ada di eks Polwil. Kita mengikuti kejuaraan daerah yang lainnya kita nyantol dan mesti dapat juara. Belum pernah Pamekasan ini kalau mengikuti pertandingan kita tidak dapat juara, belum pernah,” kata Aiptu Dendi.
Aiptu Dendi bersama para atlet voli di Pamekasan (Foto: dok. Istimewa)
|
Aiptu Dendi saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Kepelatihan PBVSI Kabupaten Pamekasan. Dia kini melatih 6 pasang atlet putra dan 2 pasang atlet putri voli pantai Kabupaten Pamekasan.
“Kita yang putri kita kedodoran, putri ini tinggal 2 pasang, yang efektif 1 pasang, karena satunya masih terlalu lemah dia diturunkan voli pantai,” sebut dia.
Para atlet yang dilatih Dendi disebut pernah menjuarai kejuaraan voli pantai nasional yang diadakan oleh PBVSI di Singkawang, Kalimantan Barat. Selain itu, para atlet juga pernah membawa medali pada Porprov Jawa Timur.
“Kalau kejuaraan nasional, atlet Pamekasan yang tergabung di kejuaraan nasional sampai ke Singkawang, Kalimantan Barat dan sampai ke mana-mana. Di Singkawang terakhir kemarin saya antarkan ke sana Juara 1, 2, 3, 4 putra untuk kontribusinya, putrinya (peringkat) 2,3,4,5 Jawa Timur semua,” jelasnya.
“Kemudian Porprov ’22 kemarin kita alhamdulillah juga, kita menurun dari emas tapi kita dapat perak 3. Kemudian turun lagi kemarin terakhir di Bungatan, Situbondo karena skuadnya yang senior-senior udah nggak nyampai kita pakai skuad yang baru, jadi kita bermain kita dapat 2 medali, regu kita dapat dan perorangan kita dapat,” jelasnya.
Aiptu Dendi menyebut Pamekasan terus menyalurkan atlet-atlet voli indoor dan voli pantai. Dia mengatakan kemampuan para atlet itu bisa diperhitungkan.
“Tapi untuk Pamekasan sendiri sudah menyalurkan banyak pemain-pemain yang bercokol di Jawa Timur, kita sudah menyumbang atlet nasional lainnya. Voli pantai juga sama anak-anak Pamekasan yang ada di Jawa Timur sampai sekarang masih diperhitungkan kemampuan mereka,” jelasnya.
“Yang (kejuaraan tingkat) nasional satu orang, sempat turun di ajang nasional 4 kali atas nama Sean Gordha Juno Riharto,” ucapnya.
Atlet voli didikan Aiptu Dendi (Foto: dok. Istimewa)
|
Suka Duka Sebagai Pelatih
Aiptu Dendi kemudian bercerita mengenai suka dan duka menjadi pelatih. Dia menyebut, saat ini voli pantai tidak memiliki lapangan karena gedung eks Polwil telah digunakan untuk gedung Satpas SIM.
“Sekarang dipakai untuk kantor SIM, sementara kita minus lapangan. Akhirnya kita nabrak-nabrak, lari ke Jumiang, kemudian ke Lon Malang,” kata Dendi.
Aiptu Dendi ingin tim voli pantai memiliki lapangan permanen dan aman. Dia mengatakan saat ini alat-alat fitnes untuk para atlet melakukan latihan kebugaran sementara dipindah ke rumahnya. Selain itu, para atlet juga menggunakan lapangan indoor untuk latihan karena belum adanya lapangan yang baru.
“Jadi semuanya atlet ada di rumah semua untuk melaksanakan fitnes bareng. Untuk sementara belum pernah turun di pasir, jadi anak-anak main di lapangan keras, di lapangan indoor yang dipakai tapi kita latihannya seperti ala permainan voli pantai,” jelasnya.
Selain itu, Dendi menyebut Kabupaten Pamekasan masih belum mempunyai GOR khusus untuk bola voli. Sehingga saat ini, kata dia, para atlet harus berlatih menunggu giliran.
“Kalau kita mau latihan pemusatan tidak mungkin, karena dipakai futsal, dipakai untuk basket, jadi kita nunggu. Kita mau fokus dapat medali bagaimana wong kita latihan nggak mungkin, kalau di luar kalau hujan nggak bisa, nunggu kalau hujan. Adapun gedung tapi disewakan, masak kita mau nyewa, uang dari mana,” jelasnya.
Sebagai pelatih dan menjadi bagian dari PBVSI, Aiptu Dendi mendapatkan honor. Namun, kata dia, honor tersebut biasanya digunakan untuk keperluan latihan atlet.
“Kalau di sini ada 2 (latihan), ada pemusatan mandiri dan pemusatan prima. Pemusatan prima dikelola oleh KONI, yang mandiri yang mengelola adalah PBVSI pakai anggaran pembinaan yang dipakai untuk biaya-biaya yang dipergunakan. Jadi kalau kita nggak pakai itu nggak bisa,” katanya.
“Kalau belum cair sama sekali kita terpaksa pakai duit kita sendiri, ya beli bensin, makanan anak-anak, beli vitamin masih pakai materi uang kita sendiri. Pengadaan sendiri, karena dari KONI memang belum turun, kita mau maksa seperti apa wong uangnya belum ada, mudah-mudahan ada gantinya,” tutur dia.
Selain menjadi anggota Polri, menjadi pelatih voli juga salah satu keinginan Aiptu Dendi. Dia mengaku sempat ingin meninggalkan kepelatihan karena berbagai alasan, salah satunya terkait pembiayaan. Namun niat itu urung dilakukannya.
“Nyatanya tidak sepadan juga, wong seperti ini bukan dapat, adanya malah remuk, kalau tidak pengorbanan sendiri tidak mungkinlah. Kalau memang saya tidak senang-senang voli beneran, mungkin insyaallah sudah tidak mungkin (lanjut), kelihatannya nggak mungkin, saya sendiri sudah sempat mengundurkan diri karena nggak mampu saya sendirian,” sebutnya.
Aiptu Dendi menyebut mendapatkan honor 1-2 juta setiap ada kegiatan. Dia menyebut uang itu bisanya habis digunakan untuk keperluan atlet.
“Bukan honor sih, gantinya uang saku pelatih, kalau honor kan tiap bulan, kalau kita tanpa action tidak dapat honor. Tapi ya walaupun dapat honor uang itu paling saya kembalikan ke atlet-atlet saya. Ya dapat 1 juta 2 juta ya habis untuk anak-anak itu, kalau sampai latihan siang, makan minum itu dia, nggak mungkin latihan sampai 24-25 orang beli nasi cuma satu bungkus nggak mungkin,” jelasnya.
Atur Waktu dengan Jadwal Dinas di Satlantas Polres
Aiptu Dendi yang juga berdinas di Satlantas Polres Pamekasan mengatur waktunya untuk melatih para atlet. Latihan biasanya dilakukan pada sore hari dan hari libur.
“Saya di lalu lintas di Polres Pamekasan, jadi saya kepala unit tilang di Polres Pamekasan. (Saya) membagi waktu, kebanyakan kami latihan sore, jadi kita (latihan) lepas daripada dinas. Kalau libur saya tidak pernah ada di rumah, di lapangan tok saya, Minggu dari pagi sampai sore nggak pulang, ada di lapangan itu sudah sama anak-anak itu, full itu,” tutur dia.
Aiptu Dendi (Foto: dok. Istimewa)
|
Melatih Klub Voli Pamekasan Sakti
Selain melatih atlet voli di PBVSI, Aiptu Dendi juga menjadi pelatih di klub voli yang ada di perumahannya di Tlanakan, Pamekasan. Dia memberikan pelatihan secara gratis kepada anak-anak yang ingin bergabung.
“Tanpa dipungut biaya, dia boleh berlatih dengan saya, sore boleh, siang boleh tidak kami batasi semua boleh. Walaupun fitnes, boleh, semua saya bolehkan malah saya senang, malah saya bisa menjaring dan saya tawarin ‘kamu berani turun di voli ini, voli ini’,” tutur dia.
Saat ini, lebih dari 50 orang yang berlatih di klub Pamekasan Sakti. Anak yang ikut berlatih rata-rata usia sekolah.
“Kalau di saya kelompok pemula itu anak-anak SMP, pemula 1 itu SD, kemudian pemula itu SMP, kemudian remaja itu anak-anak SMA kelas 1 dan 2, kalau sudah junior SMA kelas 3, kalau senior itu udah pada kuliah,” tuturnya.
Tonton juga Video: Bripka Sandi Dirikan Sekolah Gratis di Sukabumi: Amanat Ortu
(lir/hri)