Wacana kenaikan tarif TransJakarta menuai polemik di tengah masyarakat. Keputusan kenaikan tarif ada di tangan Pemprov DKI Jakarta.
Usulan kenaikan tarif disampaikan oleh Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ). Pasalnya, sejak 2007 silam tarif bus TransJakarta tak pernah naik dan bertahan di angka Rp 3.500.
DTKJ lantas mengusulkan tarif TransJakarta naik di jam-jam sibuk, yakni Rp 4.000 pada pukul 07.01 WIB hingga 10.00 WIB, dan Rp 5.000 pada pukul 16.01 WIB hingga 21.00 WIB. Lewat survei, TransJakarta pun menyerap aspirasi pengguna layanan terkait usulan kenaikan tarif ini.
“Adanya usulan penyesuaian tarif TransJakarta dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) menjadi Rp 4.000 dan Rp 5.000 pada waktu sibuk (07:01-10:00 dan 16:01-21:00),” tulis TransJakarta dalam salah satu unggahan di Instagram, Senin (10/4/2023).
Pro-Kontra Kenaikan Tarif di Mata Pengguna TransJ
Meskipun kenaikan tarif belum diputuskan, dinamika mulai terasa di kalangan pengguna bus TransJakarta.
Auren, penumpang berusia 25 tahun itu mengaku keberatan dengan usulan tersebut. Sebab, dia menilai armada bus TransJakarta yang saat ini tersedia belum memadai.
“Untuk naik jadi Rp 5.000 sih lumayan berat ya karena naiknya lumayan jauh. Kalau mau dibilang pun, TransJakarta jurusan aku yang biasa ke kantor itu 3F ke Kalideres sering lama nunggu-nya. Kalaupun ada, sering sudah penuh,” kata Auren saat ditemui detikcom di Halte Bundaran HI, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2023).
Auren lantas berharap tarif TransJ tidak dinaikkan. Dia mengaku lebih memilih menaiki KRL jika memang tarif TransJ benar-benar naik. Sebab, tarif KRL otomatis akan lebih murah dibandingkan dengan TransJakarta.
“Harapan nya sih juga tentunya jangan naik harga nya. Kalau naik pun ya lebih tepat waktu ya, armada nya diperbanyak,” ungkap Auren.
“Sedangkan harganya kalau naik, KRL justru jadi lebih murah dan tepat waktu. Nggak kena macet lagi. Jadi lebih enak KRL dong, mungkin kalau naik harganya jadi milih naik KRL aja,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Jay (29). Sebagai orang yang mengandalkan TransJakarta untuk beraktivitas, Jay merasa kenaikan tarif ini akan memberatkan sebagian penumpang.
“Kalau untuk pekerja mungkin nggak masalah ya. Tapi maaf, kalau untuk masyarakat, maaf, menengah bawah, itu kayak nya lumayan berat deh,” ujar Jay.
Jay mengatakan kenaikan tarif TransJakarta memungkinkan masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum lainnya. Sebab, biaya parkir dan ketepatan waktu jadi pertimbangan masyarakat.
“Kenaikan itu kayak nya malah memperparah macet deh, karena orang berpikir mending bawa kendaraan sendiri ketimbang angkutan umum karena makin naik. Selain itu, mungkin orang bakal milih naik KRL juga jadi opsi karena tepat waktu,” ucapnya.
Jay justru merasa tarif TransJakarta semestinya diturunkan untuk menggaet penumpang. Dia berharap agar armada TransJakarta juga diperbanyak untuk mengurangi sesak dalam bus di jam sibuk.
“Better sih diturunin, biar orang istilahnya ‘oh lebih murah nih, dibanding gue bayar parkir kan mending naik angkutan umum’ harusnya seperti itu,” ungkap Jay.
“Kalau harapannya, mobilnya diperbanyak deh untuk meminimalisir penuhnya bus kalau di jam sibuk,” imbuhnya.
Di sisi lain, salah seorang pengguna TransJakarta, Ani (22), mengaku tak masalah dengan wacana kenaikan tarif bus ini. Namun dia berharap pelayanan di TransJakarta juga harus ditingkatkan.
“Sebenernya aku rada setuju aja sih sama rencana kenaikan tarif TJ ini di jam-jam sibuk. Cuma dengan catatan, kalau emang si tarifnya ini mau dinaikkin ya pelayanannya juga harus ditingkatin,” ujar Ani ditemui di Halte Flyover Jatinegara, Jumat (14/4/2023).
Ani juga berharap armada bus ditambah jika rencana kenaikan tarif TransJakarta terealisasi. Dia menyampaikan bus kerap padat ketika jam pulang kerja.
“Misalnya kalau di jam-jam sibuk itu emang tarifnya mau dinaikkin, ya armadanya juga harus ditambah. Atau pelayanannya jadi lebih cepet. Jangan dengan tarifnya naik, kita yang di jam-jam sibuk biasanya balik kantor atau kuliah tetep susah dapet TJ. Yang ada malah keos juga gitu karena desak-desakkan,” kata Ani.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya.