Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup turun 2,45 Dolar AS atau 3,76 persen menjadi 62,71 Dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat merosot 2,55 Dolar AS atau 4,18 persen ke 58,49 Dolar AS per barel.
OPEC menjelaskan bahwa keseimbangan pasar akan tercapai berkat peningkatan produksi dari negara-negara anggota OPEC+ yang lebih luas.
“Prospek pasar yang seimbang jelas menjadi faktor utama penurunan harga. Pasar menganggap proyeksi OPEC lebih serius daripada IEA,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) dalam laporan tahunan World Energy Outlook justru memperkirakan permintaan minyak dan gas masih akan terus meningkat hingga 2050, berbeda dari proyeksi sebelumnya yang menyebutkan permintaan akan mencapai puncak pada dekade ini.
John Kilduff, mitra di Again Capital, menilai pernyataan OPEC mencerminkan lemahnya kondisi pasar. “Ada banyak kargo minyak mentah yang belum terjual. Pasar kini membentuk kurva harga baru di tengah ekonomi AS yang lesu,” ujarnya.
Sebelumnya, kelebihan pasokan minyak telah menahan laju kenaikan harga. OPEC+ bahkan sepakat menunda peningkatan produksi pada kuartal pertama 2026, setelah sempat membatalkan pemangkasan produksi sejak Agustus tahun ini.

