Menjelang Pemilihan Umum 2024, suara para guru besar dari berbagai universitas di Indonesia bergema, menyerukan perlunya melindungi demokrasi dari kepentingan politik dan nepotisme keluarga. Dalam sebuah deklarasi bersama, para akademisi ini menegaskan pentingnya menjaga agar pemilu berlangsung secara jujur dan transparan.
Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Profesor Harkristuti Harkrisnowo SHPhd, menegaskan komitmen untuk mengawal pemilu yang sesuai dengan prinsip langsung, umum, bebas, dan rahasia (Luber). Beliau menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam di hadapan tekanan-tekanan yang mungkin timbul selama proses pemilihan.
Tidak hanya UI, sivitas akademika Universitas Airlangga (Unair) juga mengecam segala bentuk praktik yang melemahkan demokrasi. Mereka mendesak presiden dan aparatur negara untuk menghormati kemerdekaan hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya bagi semua warga negara.
Komunitas Guru Besar dan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) juga aktif dalam mendukung pemeliharaan demokrasi yang sehat. Mereka mendorong para pemimpin bangsa untuk berperan sebagai penengah dalam masyarakat yang terpolarisasi, dengan mengayomi semua kelompok dan golongan yang berbeda untuk menghindari keterbelahan yang dapat mengancam kesatuan bangsa.
Sebanyak 59 perguruan tinggi telah menyuarakan sikap mereka dalam gerakan ini, dimulai oleh Universitas Gadjah Mada pada 31 Januari lalu, dan diikuti oleh kampus-kampus ternama lainnya seperti UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Brawijaya, ITB, dan lainnya.
Kampus-kampus telah lama menjadi pusat pergerakan politik Indonesia, bertindak sebagai garda terakhir dalam mengawal demokrasi. Pesan yang disampaikan para civitas akademika dan guru besar ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan alarm bagi rakyat agar terlibat secara aktif dalam mengawasi jalannya pemilu. Kita tidak boleh membiarkan kekuasaan jatuh ke tangan pemimpin yang salah, yang akan terus mengecewakan rakyat.