Ilustrasi.
JAKARTA – Gunung Sinai adalah situs suci yang disebutkan dalam kitab suci tiga agama: Islam, Kristen, dan Yudaisme. Menurut ajaran Islam, di Gunung Sinai ini Nabi Musa, dikisahkan menerima wahyu dari Allah, sementara menurut kitab Ibrani dan umat Kristiani, di gunung ini Nabi Musa diberi loh batu Sepuluh Perintah Allah oleh Tuhan.
Namun, hingga kini lokasi tepat dari Gunung Sinai masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan para pakar.
Ada beberapa lokasi yang diduga menjadi lokasi dari Gunung Sinai, salah satunya adalah Gunung Musa atau Jabal Musa di Semenanjung Sinai, Mesir, sebuah lokasi yang penuh dengan informasi sejarah dan agama.
Di kaki gunung setinggi 2.285 meter ini terdapat Biara Saint Catherine, biara Kristen tertua di dunia yang terus dihuni (dan perpustakaan tertua di dunia yang terus beroperasi). Biara ini didirikan pada abad ke-6 M oleh Kaisar Justinian I di lokasi di mana Musa diduga melihat semak yang terbakar.
Lokasi ini juga memiliki kapel yang mengelilingi batu yang diyakini sebagian orang sebagai sumber dari Tablet Batu yang diterima Musa.
Merujuk pada Alkitab, peneliti menyebutkan ada beberapa beberapa bukti yang menunjukkan bahwa Gunung Sinai terletak di bagian selatan Semenanjung Sinai, Mesir.
“Beberapa faktor menunjukkan bahwa orang Israel melarikan diri ke selatan menuju Sinai dan Gunung Sinai seharusnya terletak di sektor selatan semenanjung. Pertama, (Kitab) Keluaran 13:17 memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan melalui ‘jalan negeri orang Filistin’. Rute ini, yang mencakup pantai utara, adalah rute militer utama yang digunakan oleh para firaun dan memiliki banyak penjagaan,” kata Dr Thomas Williams, profesor teologi di Regina Apostolorum Pontifical Athenaeum di Roma, kepada Doubting Thomas Research Foundation.
“Kedua, Ulangan 1:2 menempatkan Gunung Sinai sebagai perjalanan sebelas hari dari Kadesh-barnea, sebuah catatan yang paling cocok dengan Gunung Sinai yang terletak di suatu tempat di semenanjung selatan,” lanjut Williams sebagaimana dilansir IFL Science.